Kisah Khalifah Umar Bin Khattab menangis

Senin, 21 Maret 2016


Assalamu'alaikum

Kisah teladan Khalifah Umar Bin Khattab, menangis ketika melihat orang-orang/saudara-saudaranya kelaparan
Ketika masih menjabat sebagai Khalifah, Umar bin Khattab memiliki cobaan yang cukup berat. Pada saat itu, umat Islam dilanda paceklik parah karena masuk dalam tahun abu. Di tahun abu, sangat sulit mendapatkan bahan makanan, sedangkan hasil pertanian sebagian besar rusak sehingga menyebabkan kelaparan.
Seperti biasanya, Khalifah Umar bin Khattab mengajak salah satu sahabat bernama Aslam untuk menemaninya berkeliling kota. Umar ingin memastikan semua warganya bisa tidur dan tidak kelaparan.
Ketika sampai di suatu tempat Umar berhenti. Ia mendengar tangisan anak kecil yang cukup keras. Kemudian Umar mencoba mendekati sumber suara tersebut yang berasal dari sebuah tenda kumuh.
Setelah dekat, Umar mendapati seorang wanita tua sedang duduk di perapian sambil mengaduk sebuah panci dengan sendok kayu. Umar kemudian menyapa ibu tersebut dan mengucap salam.
Si ibu tua tersebut menoleh kepada Umar dan membalas salam tersebut. Tapi, si ibu kemudian kembali melanjutkan kegiatannya.
“Siapakah yang menangis di dalam?” tanya Umar kepada ibu tua.
“Dia anakku,” jawab ibu tua itu.
“Mengapa dia menangis? Apakah dia sakit?” tanya Umar lagi.
“Tidak. Dia kelaparan,” jawab si ibu
Setelah beberapa lama Umar merasa heran karena makanan yang dimasak oleh si ibu tua itu tidak juga matang. Untuk menghilangkan rasa penasaran kemudian bertanya pada si ibu tua, “Apa yang kamu masak? Kenapa lama sekali tidak matang juga?”
Si ibu tua tersebut kemudian menoleh “Silahkan kamu lihat sendiri.”
Umar kemudian menengok isi panci tersebut, alangkah kagetnya Umar ketika mengetahui bahwa yang dimasak oleh si ibu tua tersebut adalah batu. “Apakah kamu memasak batu?” tanya Umar. Si ibu menjawab dengan menganggukan kepalanya.
“Untuk apa kamu memasak batu ini?” Tanya Umar lagi.
“Aku memasak batu ini untuk menghibur anakku yang sedang kelaparan. Semua ini kesalahan Khalifah Umar bin Khattab. Ia tidak mau memenuhi kebutuhan rakyatnya. Aku dan anakku belum makan sejak pagi, oleh karena itu aku menyuruhnya berpuasa dan berharap ada makanan ketika buka.”
“Tapi, sampai saat ini rezeki yang kuharapkan belum juga tiba. Kumasak batu ini untuk membohongi anakku sampai dia tertidur,” Kata ibu tua tersebut.
“Sungguh tidak pantas Umar bin Khattab menjadi Khalifah. Ia telah menelantarkan kami.” Tambah si ibu.
Mendengar hal tersebut, Aslam ingin menegur si ibu untuk memberitahukan bahwa yag ada di depannya adalah sang Khalifah. Tetapi, Umar menahan Aslam dan segera mengajaknya kembali ke Madinah sambil meneteskan air mata.
Sesampainya di Madinah kemudian Umar langsung mengambil sekarung gandum. Dipikulnya karung tersebut untuk disampaikan pada ibu tua tadi.
Melihat kondisi fisik Umar yang letih, Aslam berniat untuk mengantikan umar memanggul gandum tersebut. “Ya Amirul Mukminin, sebaiknya aku saja yang membawakan gandum itu”, kata dia.
Dengan nada yang keras, Umar menjawab, “Aslam jangan engkau jerumuskan aku ke dalam api neraka. Kamu mungkin bisa menggantikanku untuk memanggul satu karung gandum ini, tapi apakah kamu mau memikul beban di pundakku ini di hari akherat?”
Mendengar jawaban Umar, Aslam tertegun kemudian ia tetap mendampingi Ya Amirul Mukminin untuk mengantarkan gandum ke si ibu tua.
Sekian Kisah teladan dari khalifah Umar Bin khattab, nanti saya post yang lain lagi ya, insya allah bila diberi umur panjang.
Terima Kasih atas kunjungannya, jangan lupa komen kritik dan sarannya yaa, saya tunggu di kunjungan anda selanjutnya, :)
Wassalamu'alaikum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2016. ward0y0.blogspot.id.
Design by Herdiansyah Hamzah. & Distributed by Free Blogger Templates
Creative Commons License